Satu Tubuh Majemuk Jiwa
Sebelum Sybil beredar, hanya ada 75 kasus kepribadian majemuk yang
dilaporkan. Satu dekade kemudian telah ada 40 ribu kasus yang mendapat
penanganan serius.
nih,gua mau nyeritain sebuah buku yg menurut gua keren banget,gua dibeliin sama abang gua,gua kira buku ini ngebosenin,padahal...
coba baca sendiri.
Sybil,
ah... apa yang kau inginkan dariku? Sybil Isabel Dorsett, gadis
kerempeng itu, 31 umurnya, 39 kilogram beratnya cuma, 158 sentimeter
tingginya. Terlalu pendek untuk potongan tubuh gadis Amerika kebanyakan.
Pucat
pula wajahnya. Praktis tak ada yang menarik dari mahasiswi Universitas
Columbia itu kecuali IQ-nya yang mencapai 170. Di tangan penulis Flora
Rheta Schriber, kisah gadis rapuh dari Willow Corners, Wisconsin itu
menjadi besi berani bagi pembacanya.
Sybil
yang diterbitkan pada 1973 menghentak dan laku jutaan eksemplar. Di
Indonesia, buku yang diterjemahkan dengan sangat bagus oleh psikolog
Sarlito Wirawan pada 1984 ini telah memasuki cetakan ke-12.
Bagi
dunia psikologi, Sybil menjadi semacam pengungkapan. Istilah
penyimpangan kepribadian ganda (MPD)--sekarang penyimpangan kepribadian
dissosiatif (DPD)--yang sebelumnya dibincangkan secara terbatas di
kalangan psikolog atau psikiater meluas menjadi perbincangan umum.
Sebelum
Sybil beredar, hanya ada 75 kasus kepribadian majemuk yang dilaporkan.
Satu dekade kemudian telah ada 40 ribu kasus yang mendapat penanganan
serius.
Sybil
punya 16 kepribadian. Masing-masing punya nama. Ada Peggy Lou yang
temperamental, Vicky yang berpenampilan elegan tapi sok pintar, Mary
yang keibuan dan hanya tahu perkara seputar rumah, Vanessa yang atraktif
tapi membenci agama, serta Marcia yang kontemplatif dan menyukai puisi
dan lukisan.
Di
luar mereka, muncul pula dua lelaki di tubuh Sybil: Mike dan Sid,
sepasang tukang kayu yang tak menyukai urusan perempuan. Dan satu lagi,
Ruthie, sosok termuda di antara 16 alter-ego itu.
Ruthie
baru berusia dua tahun! Bagaimana mungkin pribadipribadi yang punya
karakter berlainan dan sering bertentangan itu bisa menghuni di satu
tubuh? Bahkan satu karakter bisa mengambil alih tubuh Sybil, sementara
sang pemilik tubuh tak pernah menyadarinya?
Aku
tertegun ketika membaca cerita Peggy Lou yang berusaha bunuh diri
dengan memecah kaca loteng ruang praktek Dr Cornelia Wilbur, psikiater
yang merawat Sybil. Beberapa detik setelah drama menegangkan itu Sybil
kembali ke tubuhnya dan terheran-heran melihat kaca ruang praktek sang
dokter berantakan.
"Mengapa
kaca jendela itu pecah?" tanya Sybil. Pada saat yang lain ketika Vicky
menguasai tubuh Sybil, ia membelanjakan uang Sybil dengan boros. Vicky
membeli gaun aneka warna untuk pergi ke pesta. Saat sosok Vicky
menghilang, Sybil terkejut menyaksikan lemari pakaiannya penuh gaun
padahal ia merasa tak pernah membelinya.
Anak
tunggal Hattie dan Willard Dorsett itu didiagnosis mengalami fuga,
perpecahan kepribadian yang ditandai dengan amnesia dan fisiknya lepas
dari lingkungan sesaat. Tak cuma sesaat, Sybil bahkan telah kehilangan
waktu bertahun-tahun.
Ia
misalnya "melewatkan" masa sekolah dasarnya dua tahun. Sybil merasa
masih kelas 3, padahal ia sudah duduk di kelas 5. Dr. Wilbur tak yakin
Sybil mengidap skizofrenia. Ia bahkan mencampakkan dugaan itu. Ia lebih
percaya, dan dugaan itu kian hari kian menguat, Sybil mengalami histeria
pada masa lalunya.
Wilbur
pun mencoba mencari akar persoalan yang menyebabkan Sybil punya banyak
keping kepribadian. Ia membuat psikoanalisis sendiri dengan mengajak
berbincang Sybil dan kawan-kawannya sebanyak mungkin. Di tahun-tahun
pertengahan terapi, Wilbur memberi obat penenang sodium penthotal.
Di
ujung terapi, Wilbur menggunakan terapi hipnotis untuk mempersatukan 16
wajah Sybil. Ia menghabiskan waktu 11 tahun untuk menyembuhkan Sybil.
Wilbur mencoba menganalisis mengapa Sybil bisa menjadi sosok pemurung,
penyendiri, penakut, cepat putus asa, membenci tangan, membenci suara
musik, takut memegang gelas, dan tak menyukai perempuan berambut putih.
Pusat
kebencian itu pun ditemukan: sang ibu. Hattie menganggap Sybil sebagai
anak setan. Pada mulanya, Hattie dan Willard mengharapkan kehadiran
anak, tapi selalu keguguran. Saat ia tak berharap punyaanak, Sybil
justru lahir.
Setiap
hari, Hattie tak pernah melepaskan Sybil pergi sendirian kecuali ke
sekolah. Sybil menuruti semua perintah sang ibu. Ketika Sybil
memecahkan gelas, Hattie pun dengan ringan melayangkan tangannya.
Saat
Sybil menangis, Hattie mengikatnya di kaki piano dan ibunya memainkan
musik dengan sangat keras. Dan ini yang menggiriskan, perempuan berambut
putih itu menggelar upacara tiap pagi: membuka vagina sang anak dan
memasukkan dengan paksa bermacam-macam benda yang melintas di
benaknya--botol kecil, lampu baterai, gagang pisau, gesper dan bahkan
sepatu sang anak.
"Kau
nanti akan terbiasa," kata ibu. "Itulah yang akan dikerjakan laki-laki
kepadamu kalau kau dewasa. Mereka memasukkan benda-benda ke dalam
badanmu dan mereka menyakitimu dan kau tidak bisa menghentikan mereka.
Kalau mereka sudah bosan dengan satu perempuan, mereka cari yang lain.
Jadi saya harus mempersiapkanmu."
Willard
tak pernah tahu ulah istrinya dan tak ingin tahu. Saat mempersiapkan
anaknya berangkat sekolah, Willard memasangkan sepatu di kaki sang
anak. Sybil menjerit-jerit melihat sepatu itu, sementara Willard
menatap anaknya dengan terheran-heran.
Aku
tercenung membaca bagian ini. Terbuat dari apakah hati Hattie? Aku
geram sekaligus iba. Dari mana kekejian itu bersumber? Aku mencoba
melihat diri sendiri, mencoba mengingatingat pada episode apa aku
pernah membenci ibu atau ayahku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar